Minggu, 27 November 2011

menggugah hati


Feeds:
 
Posts
 
Comments

Cerita Yang menggugah Hati…

 
 
 
 
 
 
1 Take a Votes!!
from gindrong.. dimilis 28 di bandung
——————————————————————————————
pada dengerin putuss tgl 18 Feb sktr jm8 pagi ga??
wktu itu cerita in dibacain,dan menurut gw cerita ini keren banget dan
pngn gw share jg ma kalian…
gw ambil dr sitenya putuss,,
baca dan resapi..
—– Original Message —–
From: Aryadi Noersaid
Sekedar berbagi cerita di forum orang orang super dalam keindahan hari
ini :
Siang ini February 6, 2008, tanpa sengaja, saya bertemu dua manusia
super. Mereka mahluk mahluk kecil, kurus, kumal berbasuh keringat.
Tepatnya diatas jembatan penyeberangan setia budi, dua sosok kecil
berumur kira-kira delapan tahun menjajakan tissue dengan wadah kantong
plastik hitam. Saat menyeberang untuk makan siang mereka menawari saya
tissue diujung jembatan, dengan keangkuhan khas penduduk Jakarta saya
hanya mengangkat tangan lebar-lebar tanpa tersenyum yang dibalas
dengan sopannya oleh mereka dengan ucapan “Terima kasih Oom !”. Saya
masih tak menyadari kemuliaan mereka dan cuma mulai membuka sedikit
senyum seraya mengangguk kearah mereka.
Kaki-kaki kecil mereka menjelajah lajur lain diatas jembatan, menyapa
seorang laki laki lain dengan tetap berpolah seorang anak kecil yang
penuh keceriaan, laki- laki itupun menolak dengan gaya yang sama
dengan saya, lagi lagi sayup-sayup saya mendengar ucapan terima kasih
dari mulut kecil mereka. Kantong hitam tempat stok tissue dagangan
mereka tetap teronggok disudut jembatan tertabrak derai angin Jakarta
. Saya melewatinya dengan lirikan kearah dalam kantong itu, duapertiga
terisi tissue putih berbalut plastik transparan.
Setengah jam kemudian saya melewati tempat yang sama dan mendapati
mereka tengah mendapatkan pembeli seorang wanita, senyum diwajah
mereka terlihat berkembang seolah memecah mendung yang sedang
manggayut langit Jakarta .
“Terima kasih ya mbak…semuanya dua ribu lima ratus rupiah!” tukas
mereka, tak lama siwanita merogoh tasnya dan mengeluarkan uang
sejumlah sepuluh ribu rupiah.
“Maaf, nggak ada kembaliannya.. ada uang pas nggak mbak ?” mereka
menyodorkan kembali uang tersebut. Si wanita menggeleng, lalu dengan
sigapnya anak yang bertubuh lebih kecil menghampiri saya yang tengah
mengamati mereka bertiga pada jarak empat meter.
“Oom boleh tukar uang nggak, receh sepuluh ribuan ?” suaranya
mengingatkan kepada anak lelaki saya yang seusia mereka. Sedikit
terhenyak saya merogoh saku celana dan hanya menemukan uang sisa
kembalian food court sebesar empat ribu rupiah.
“Nggak punya, tukas saya !” lalu tak lama siwanita berkata “Ambil saja
kembaliannya, dik !” sambil berbalik badan dan meneruskan langkahnya
kearah ujung sebelah timur.
Anak ini terkesiap, ia menyambar uang empat ribuan saya dan menukarnya
dengan uang sepuluh ribuan tersebut dan meletakkannya kegenggaman saya
yang masih tetap berhenti, lalu ia mengejar wanita tersebut untuk
memberikan uang empat ribu rupiah tadi. Si wanita kaget, setengah
berteriak ia bilang “Sudah buat kamu saja, nggak apa-apa ambil saja
!”, namun mereka berkeras mengembalikan uang tersebut. “Maaf mbak,
cuma ada empat ribu, nanti kalau lewat sini lagi saya kembalikan !”
Akhirnya uang itu diterima si wanita karena si kecil pergi
meninggalkannya.
Tinggallah episode saya dan mereka, uang sepuluh ribu digenggaman saya
tentu bukan sepenuhnya milik saya. mereka menghampiri saya dan berujar
” Om , bisa tunggu ya, saya kebawah dulu untuk tukar uang ketukang
ojek !”.
“Eeeh… nggak usah.. nggak usah.. biar aja.. nih !” saya kasih uang itu
ke si kecil, ia menerimanya tapi terus berlari kebawah jembatan
menuruni tangga yang cukup curam menuju ke kumpulan tukang ojek.
Saya hendak meneruskan langkah tapi dihentikan oleh anak yang satunya
, “Nanti dulu Om , biar ditukar dulu.. sebentar “
“Nggak apa-apa, itu buat kalian” Lanjut saya.
“Jangan.. jangan Om , itu uang om sama mbak yang tadi juga” anak itu
bersikeras.
“Sudah.. saya Ikhlas, mbak tadi juga pasti ikhlas ! saya berusaha
membargain, namun ia menghalangi saya sejenak dan berlari keujung
jembatan berteriak memanggil temannya untuk segera cepat, secepat
kilat juga ia meraih kantong plastik hitamnya dan berlari kearah saya.
“Ini deh om, kalau kelamaan, maaf..” ia memberi saya delapan pack tissue.
“Buat apa ?” saya terbengong.
“Habis teman saya lama sih Om , maaf, tukar pakai tissue aja dulu”
walau dikembalikan ia tetap menolak.
Saya tatap wajahnya, perasaan bersalah muncul pada rona mukanya. Saya
kalah set, ia tetap kukuh menutup rapat tas plastik hitam tissuenya.
Beberapa saat saya mematung di sana , sampai si kecil telah kembali
dengan genggaman uang receh sepuluh ribu, dan mengambil tissue dari
tangan saya serta memberikan uang empat ribu rupiah.
“Terima kasih Om , !”.. mereka kembali keujung jembatan sambil sayup
sayup terdengar percakapan “Duit mbak tadi gimana ..?” suara kecil
yang lain menyahut “lu hafal kan orangnya, kali aja ketemu lagi ntar
kita kasihin…….” percakapan itu sayup sayup menghilang, saya terhenyak
dan kembali kekantor dengan seribu perasaan.
Tuhan……Hari ini saya belajar dari dua manusia super, kekuatan
kepribadian mereka menaklukkan Jakarta membuat saya trenyuh, mereka
berbalut baju lusuh tapi hati dan kemuliaannya sehalus sutra, mereka
tahu hak mereka dan hak orang lain, mereka berusaha tak meminta minta
dengan berdagang Tissue. Dua anak kecil yang bahkan belum baligh,
memiliki kemuliaan diumur mereka yang begitu belia.
YOU ARE ONLY AS HONORABLE AS WHAT YOU DO
Engkau hanya semulia yang kau kerjakan.
MT
Saya membandingkan keserakahan kita, yang tak pernah ingin sedikitpun
berkurang rizki kita meski dalam rizki itu sebetulnya ada milik orang
lain.
“Usia memang tidak menjamin kita menjadi Bijaksana, kitalah yang
memilih untuk menjadi bijaksana atau tidak”
Semoga pengalaman nyata ini mampu menggugah saya dan teman lainnya
untuk lebih SUPER.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar