Kamis, 29 Desember 2011

10 kisah cinta legendaris

1.romeo dan juliet

Romeo and Juliet adalah sebuah tragedi karya William Shakespeare,yang berada pada abad ke16. Tragedi ini mengisahkan sepasang mempelai muda yang saling jatuh cinta namun terhalang karena kedua keluarga mereka saling bermusuhan.yang berakhir pada kematian kedua sepasang kekasih yang saling mencintai.kisah cinta ini mungkin paling terkenal di dunia sampai sekarang.

2.Peter Abelard dan Heloise


Petrus Abelard dan Heloise, abad ke12, Perancis. Teolog dan dosen Abelard berusia masih 17 tahun dan merupakan guru dari Heloise . diam-diam mereka menikah, tapi paman heloise mengetahui dan menyuruhnya dikebiri. namun Terlambat dan mereka sudah punya anak. mereka dipisahkan oleh keluarga dan gereja, ia masuk biara, ia menjadi seorang biarawan, dan surat-surat cinta mereka masih ada. Mereka dikubur bersama-sama di Paris.

3.Shah Jahan dan Arjumand Bann Begum
Shah Jahan dan Arjumand Begum Bann, abad ke17, India. karena kesedihan akibat istri tercintanya meninggal dunia pada umur 39 saat melahirkan anak 14 mereka,ia menugaskan para bawahannya untuk membangun taj mahal agar sang istri dapat selalu dikenangnya. Putranya kemudian memenjarakannya dan dia menghabiskan sisa hidupnya menatap ke luar jendela kamarnya di Taj, sambil merindukan Arjumand.

4.Kermit dan Miss Piggy


Kermit dan Miss Piggy, abad ke20, Amerika. miss piggy adalah pusat perhatian semua mahluk di sesame street.Miss piggy cinta berat sama kermit yang sangat kontradiksi sama dirinya kecil,lemah dan sangat sederhana.Saking sayangnya Miss Piggy sama kermit sampai sering tidak sadar akibat perwujudan rasa sayangnya dia justru malah menyiksa kermit.

5.Robert dan Elizabeth Barrett Browning
Robert dan Elizabeth Barrett Browning, Abad 19, Inggris. Elizabeth Barrett merupakan pujangga pada era Pergerakan Romantis, ia lahir pada tahun 1806 di Coxhoe Hall, Durham, Inggris. Browning dan Barrett, yang enam tahun lebih tua dari Browning, saling berkirim surat hingga mencapai jumlah 574 pucuk surat selama 20 bulan. Kisah cinta mereka yang pahit karena tidak mendapat restu dari ayah Barrrett .elain tidak mendapat restu orangtua, meraka juga diuji dengan keadaan Barrett yang menderita kelainan paru-paru akut. Untuk mengurangi rasa sakit yang ia derita, ia harus mengkonsumsi morfin sepanjang hidupnya. Pada tahun 1846, mereka memutuskan untuk menikah dan menetap di Florensia, Italia di mana kesehatan Barrett membaik dan ia melahirkan seorang putra bernama Robert Wideman Browning (Pen). Ayahnya tidak pernah berbicara lagi dengannya sejak saat itu. Karya Barrett "Sonnets from the portuguesse", ia dedikasikan untuk suaminya dan ditulis secara diam-diam sebelum ia menikah dan diterbitkan pada tahun 1850,merupakan karya yang dibbilang bisa menyandingi karya shakespeare.

6.Tristan dan Isolde


Tristan dan Isolde, 12th Century, Inggris, Perancis, Jerman. Cerita ini mengisahkan lika-liku percintaan segitiga antara Tristan-Isolde-King Marke. Kisah yang diangkat dari jaman Medieval ini ternyata merupakan sebuah legenda yang ditulis ama seseorang bernama Thomas pada tahun 1165. cerita tentang seorang ksatria yang melepaskan cinta sejatinya untuk sang raja telah diceritakan dalam banyak bentuk. Meskipun mereka sudah berbeda, mereka tetap setia dan cinta kepada satu sama lain, dan bersatu kembali dalam kematian.

7.Rhett Butler dan Scarlett OHara
Cerita klasik karya Margaret Mitchell ini merupakan salah satu cerita paling romantis sepanjang masa. Kisah cinta antara Rhett Butler dan Scarlett O'Hara yang begitu menyentuh, tak lekang waktu, dan tetap melekat di hati setiap penggemarnya.cerita ini begitu rumit tentang cinta segitiga antara rhett,scarlet dan ashley.

8.Cinderella dan Prince Charming



Cinderella dan Pangeran Tampan, 17th Century, Perancis. Berdasarkan legenda Eropa Timur, pola dasar dari cinta romantis adalah untuk mengirim pesan kepada para wanita bahwa jika mata Anda tetap terbuka, suatu hari nanti pangeran yang anda idam2kan Anda akan datang.

9.Dante Alighieri dan Beatrice
Dante terkenal sebagai sastrawan era Renaissance dari Italia. Ia lahir dari keluarga kaya, dan hidup sebagai perwira, politikus, filsuf, pujangga, pengusaha dan kekasih yg ideal.

Dante menemukan cinta sejatinya ketika ia baru berumur 9 taon, dan ce pujaannya, Beatrice, baru berumur 8 taon. Cinta Dante pada Beatrice adalah love at first sight. Walaupun demikian, ia dan Beatrice lalu berpisah selama 9 taon, dan bahkan Beatrice akhirnya kimpoi dgn pria lain dalam usia muda, dan Dante juga kimpoi dgn orang laen dlm usia muda.

Itu semua bukan problem bagi Dante. Dante bahkan memberi nama Beatrice utk anak gadisnya. Ketika Beatrice, wanita yg dikaguminya meninggal, Dante sangat terpukul dan memutuskan utk berhenti menulis.

Tetapi Beatrice kemudian muncul dalam mimpinya. Dalam mimpi itu, Beatrice berkata bahwa cinta sejati adalah abadi, tidak bisa diputuskan oleh maut. Dante, dipengaruhi oleh arwah Beatrice, akhirnya sadar bahwa ia punya tugas utk mengajarkan pada orang lain bahwa cinta sejati ala Dante & Beatrice adalah inti kehidupan dunia ini.

10.Guinevere and Lancelot





cerita perselingkuhan tentang king arthur ,guinevere dan lancelot.cerita ini telah berulang kali difilmkan dan merupakan cerita yang tragis yang berakhir pada kematian lancelot.

Kamis, 01 Desember 2011

kumpulan cerita humor

Murid SD Dengan Gurunya

Anto yang duduk dibangku SD ditanya Bu Fanny, Gurunya
Bu Fanny : Anto, ada 5 bebek yang lagi mencari makan disawah. Kalo ditembak pemburu,
kena satu yang tinggal berapa ?
Setelah berpikir sejenak, si Anto menjawab “Ga ada sisanya bu ”
Bu Fanny bertanya “kenapa ga ada sisanya ?”
Si Anto menjawab” yang lain terbang semua karena kaget”
Bu Fanny tersenyum bijak dan berkata “yah, sebetulnya bukan itu jawabannya. tapi saya suka cara
berpikir kamu ”
Read more…

Kebiasaan Makan di Pesawat

Kebiasaan makan dipesawat terbang …….
Bila selesai makan, garpu dan sendok :
1. disilangkan = penumpang dari Amerika
2. sejajar = penumpang dari benua Eropa
3. Sejajar diluar piring = penumpang dari Jepang
4. hilang = penumpang dari Indonesia

Kamu mengaku saja

Seorang guru Sejarah memberikan pertanyaan kepada murid-muridnya,
“Anak-anak, siapa yang menulis Pancasila dan UUD 1945?”
Murid-murid semua diam seribu bahasa. Karena hingga menjelang usai jam pelajaran belum satu murid pun menjawab, sang guru marah dan akhirnya menghukum seluruh muridnya berjemur di lapangan upacara hingga sore hari. Salah seorang murid tersebut, sebut saja Anto, tiba di rumah dengan menangis tersedu-sedu. Ayahnya yang keheranan bertanya,
“To, kenapa kamu? Berkelahi?”
Anto menjawab, “Bukan Pak, tapi kami dihukum jemur oleh pak Guru.” Ayahnya bertanya lagi, “Kenapa sampai dihukum?”
Anto menjawab, “Kami tidak menjawab siapa yang menulis Pancasila dan UUD 1945, pak” Tiba-tiba muka sang Ayah merah padam dan menampar anaknya itu sembari menghardik,
“Kenapa tidak mengaku saja kamu yang menulisnya!!!”

Indonesia tetep canggih

Dalam rapat perkembangan teknologi abad-21, ada utusan dari indonesia, jepang dan amerika. Amerika melihatkan kemajuan teknologinya.
Saat ada telpon masuk, Amerika tidak lagi menggunakan hp, tapi memegang kancing bajunya dan berbicara.
Orang Indonesia heran “Wuih gila loe yach, bisa kayak gitu”
Orang jepang langsung nyeletuk, “Wach punyaku lebih gila lagi nich….”dan kemudian dengan jari jempol dan kelinking orang jepang itu menelpon rekannya, ck..ck…’ memang gila nich…,”kata orang indonesia itu dengan rasa kagumnya. akhirnya orang indonesia ini bingung, apa yang akan ditunjukkan kepada kedua rekannya itu. tiba-tiba orang indonesia ini menggetarkan badannya dan matanya merem melek. orang amrik dan jepang bingung, lantas bertanya,” hi..hi… kamu sedang ngapain…..”
“Hus diam !!! fax sedang masuk nich….!!!” kata orang indonesia

Hitam segalanya

Alkisah di negara Afrika sana, manusia yang paling hitam adalah yang paling hebat! Hitam dalam arti hitam segala-galanya, itulah Negro Sejati! Ada 3 orang anak kecil yang sedang membandingkan kehitaman Bapaknya.
Anak yang ke 1 : ” Babe gue kemarin sedang ngupas Apel, eh..tangannya
terluka, DARAH nya HITAM!!!!…
Anak yang ke 2 : “Papi ku kemarin sedang benerin Parabola,eh..terjatuh
sampai patah tulang, TULANG nya HITAM !!!”
Anak yang ke 3, nggak mau kalah hebat : “Hm.. itu belum seberapa,tadi
malam waktu kami sedang nonton TV diruang keluarga, tiba-tiba Bokap
gua KENTUT, …..e-eh,…tiba tiba seluruh ruangan jadi GELAP !!!!!!”

Cerita sedih di Lampu Merah

Cerita sedih di Lampu Merah

PDF
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama. Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera. Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. “Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.
Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Jack.” Tanpa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.
Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”
“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”
O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.
“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”
Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.
Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.
“Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan  berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. dari Bob.
Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.
dari berbagai sumber
dari Sponsor kami
COMPUTERKU.com Percayakan belanja Gadget, Computer, dan Accessories computer lainnya di COMPUTERKU.com, situs penjualan computer ini adalah situs penjualan Computer dari PT. Scalaludia, yang berarti satu group dengan situs SCALAMEDIA.NET INI
Lampu merah
Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau. Jack segera menekan pedal gas kendaraannya. Ia tak mau terlambat. Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama.
Kebetulan jalan di depannya agak lenggang. Lampu berganti kuning. Hati Jack berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera.
Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jack bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja.
“Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak,” pikirnya sambil terus melaju.
Prit! Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti. Jack menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati. Dari kaca spion ia melihat siapa polisi itu. Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bob, teman mainnya semasa SMA dulu. Hati Jack agak lega. Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.
“Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!”
“Hai, Jack.” Tanpa senyum.
“Duh, sepertinya saya kena tilang nih? Saya memang agak buru-buru. Istri saya sedang menunggu di rumah.”
“Oh ya?” Tampaknya Bob agak ragu.
Nah, bagus kalau begitu. “Bob, hari ini istriku ulang tahun. Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong.”
“Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini.”
O-o, sepertinya tidak sesuai dengan harapan. Jack harus ganti strategi.
“Jadi, kamu hendak menilangku? Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah. Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala.” Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.
“Ayo dong Jack. Kami melihatnya dengan jelas. Tolong keluarkan SIMmu.”
Dengan ketus Jack menyerahkan SIM lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya. Sementara Bob menulis sesuatu di buku tilangnya. Beberapa saat kemudian Bob mengetuk kaca jendela. Jack memandangi wajah Bob dengan penuh kecewa. Dibukanya kaca jendela itu sedikit. Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang. Tanpa berkata-kata Bob kembali ke posnya.
Jack mengambil surat tilang yang diselipkan Bob di sela-sela kaca jendela. Tapi, hei apa ini. Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku. Lalu nota ini apa? Semacam guyonan atau apa? Buru-buru Jack membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bob.
“Halo Jack, Tahukah kamu Jack, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan. Sayang, Ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi. Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada. Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan  berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu. Betapa sulitnya. Begitu juga kali ini. Maafkan aku Jack. Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah. dari Bob.
Jack terhenyak. Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bob. Namun, Bob sudah meninggalkan pos jaganya entah kemana. Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak tentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan.
Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain. Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita. Hidup ini sangat berharga, jalanilah dengan penuh hati-hati.
dari berbagai sumber
Baca juga kisah nyata berikut ini, Sore hari di Angkot M26

Cerita Sedih Tentang Ibu

Cerita Sedih Tentang Ibu - Ini adalah cerita sedih tentang Ibu yang mungkin dapat menjadi inspirasi bagi kita yang membacanya agar senantiasa menyayangi Ibu yang sejauh ini telah bersusah payah untuk membesarkan kita. Cerita sedih tentang Ibu ini aslinya berjudul pengorbanan seorang Ibu yang saya peroleh dari situs cerpen.web.id.

Berikut adalah cerita sedih tentang ibu selengkapnya, semoga teman-teman merasa terhibur sekaligus mendapatkan inspirasi dengan kehadiran cerita ini. Selamat membaca...

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.

"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"

Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.

Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?

Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

mengais keajaiban cinta

Dr. Abdullah bercerita,
“Ada seorang perempuan yang datang kepada saya dengan menyeret langkah-langkah kakinya, ia menggendong anaknya yang tersiksa oleh penyakit.
Ia adalah seorang ibu yang berusia mendekati empat puluh tahun. Ia memeluk anaknya yang masih kecil ke dadanya, seakan-akan anak tersebut adalah potongan tubuhnya. Kondisi anak itu memprihatinkan, terdengar satu dua tarikan nafas dari dadanya.
Saya bertanya kepada si ibu, ‘Berapa umurnya?’
Ia menjawab, ‘Dua setengah tahun.’
Kami melakukan pemeriksaan kepada anak itu, ternyata anak itu bermasalah dalam pembuluh-pembuluh darah di livernya.
Kami segera melakukan tindakan operasi kepadanya, dan dua hari setelah operasi, anak itu sudah sehat. Sang ibu pun tampak gembira dan riang.
Ketika melihat saya, ia bertanya, ‘Kapan anak saya boleh pulang dok?’
Tatkala saya hampir menulis surat keterangan pulang, tiba-tiba anak kecil itu mengalami pendarahan hebat di tenggorokannya, sehingga menyebabnya jantungnya berhenti berdetak selama 45 menit.
Kesadaran anak tersebut sudah hilang. Lalu para dokter berkumpul di dalam ruangannya. Beberapa jam telah berlalu, namun mereka tidak sanggup membuatnya tersadar.
Salah seorang teman saya segera mendatangi ibunya dan berkata kepadanya, ‘Kemungkinan anak Anda mengalami kematian otak (koma) dan saya mengira bahwa ia tidak memiliki harapan untuk hidup.’ Saya menoleh kepada teman saya tersebut sambil mencelanya karena ucapannya tersebut.
Lalu saya melihat kepada si ibu, demi Allah, perkataan teman saya itu tidak menambah selain ia mengucapkan, ‘Penyembuh adalah Allah, Pemberi kesehatan adalah Allah.’
Kemudian ia terus menerus membaca, ‘Saya memohon kepada Allah jika ada kebaikan pada kesembuhannya, maka sembuhkanlah ia.’
Setelah itu ia diam dan berjalan menuju sebuah kursi kecil, lalu duduk. Kemudian ia mengambil mushaf kecilnya yang berwarna hijau dan membacanya.
Para dokter pun keluar, saya juga keluar bersama mereka. Saya berjalan melewati anak itu, kondisinya belum berubah, sesosok tubuh yang terbujur kaku laksana mayat di atas tempat tidur putih. Lalu saya menoleh kepada ibunya, keadaannya juga masih tetap seperti sebelumnya.
Satu hari ia membacakan Al-Qur’an kepada anaknya; satu hari membacanya dan satu hari setelannya mendoakannya. Beberapa hari kemudian, salah seorang perawat perempuan memberitahu saya bahwa anak itu sudah mulai bergerak, saya langsung memuji Allah.
Saya berkata kepada si ibu, ‘Wahai Ummu Yasir, saya sampaikan kabar gembira kepada Anda bahwa keadaan Yasir mulai membaik.’
Ia hanya mengucapkan satu ucapan sambil menahan air matanya, ‘Alhamdulillah, Alhamdulillah.’
Dua puluh empat jam kemudian kami dikejutkan dengan kondisi si anak, ia kembali mengalami pendarahan hebat seperti pendarahan sebelumnya, dan jantungnya berhenti berdetak untuk kedua kalinya.
Tubuhnya yang kecil kelihatan lelah, gerakannya telah hilang. Salah seorang dokter masuk untuk melihat kondisinya secara langsung, lalu saya mendengarnya berucap, ‘Mati otak.’
Sang ibu terus menerus mengulang-ulang, ‘Alhamdulillah, atas setiap keadaan, penyembuh adalah Allah.’ Beberapa hari kemudian, anak itu sembuh kembali. Namun, baru berlalu beberapa jam, ia kembali mengalami pendarahan di dalam livernya, lalu gerakannya berhenti.
Beberapa hari kemudian ia sadar lagi, lalu kembali mengalami pendarahan baru, kondisinya aneh, saya tidak pernah melihat kondisi seperti itu selama hidup saya, pendarahannya berulang-ulang hingga enam kali, sedangkan dari lisan ibunya hanya keluar ucapan, ‘Segala puji bagi Allah, Penyembuh adalah Rabb-ku, Dia-lah Penyembuh.’
Setelah beberapa kali pemeriksaan dan pengobatan, para dokter spesialis batang tenggorokan berhasil mengatasi pendarahan, Yasir mulai bergerak-gerak lagi. Tiba-tiba, Yasir kembali diuji dengan bisul besar (tumor) dan radang otak.
Saya sendiri yang memeriksa keadaannya. Saya berkata kepada ibunya, .’Keadaan anak Anda mengenaskan sekali dan kondisinya berbahaya.’ la tetap mengulang-ulang ucapannya, ‘Penyembuh adalah Allah’
la mulai membacakan Al-Qur’an kepada buah hatinya. Setelah dua minggu, tumor itu tetap ada. Dua hari kemudian, anak tersebut mulai sembuh, kami memuji Allah karenanya.
Sang ibu bersiap-siap untuk pulang, namun satu hari kemudian, tiba-tiba anak tersebut mengalami radang ginjal parah yang dapat menyebabkan gagal ginjal kronis dan hampir menyebakan kematiannya.
Sementara si ibu tetap berpegang teguh, bertawakal dan berserah kepada Rabb-nya serta terus mengulang-ulang, ‘Penyembuh adalah Allah.’ Lalu, ia kembali ke tempatnya dan membacakan Al-Qur’an kepada anaknya.
Hari-hari berlalu, sedangkan kami terus berusaha memeriksa dan mengobati secara maraton hingga berlangsung sampai tiga bulan, kondisinya pun membaik, segala puji hanya bagi Allah.
Akan tetapi, kisah ini belum berhenti sampai di sini saja, si anak kembali diserang penyakit aneh yang belum pernah saya kenal selama hidup.
Setelah empat bulan, ia terserang radang pada selaput kristal yang mengitari jantung, sehingga memaksa kita untuk membuka sangkar dadanya dan membiarkannya terbuka untuk mengeluarkan nanah.
Ibunya hanya melihat kepadanya sambil berucap, ‘Saya memohon kepada Allah agar menyembuhkannya, Dia adalah penyembuh dan pemberi kesehatan.’ Lalu, ia kembali ke kursinya dan membuka mushafnya.
Terkadang saya melihat kepada ibu tersebut, sementara mushaf ada di depannya, ia tidak menoleh ke sekelilingnya. Kemudian saya masuk ke ruang refreshing, maka saya melihat banyak pasien dengan berbagai penyakit dan para penunggu mereka.
Saya melihat sebagian dari para pasien tersebut berteriak-teriak dan yang lainya mengaduh-aduh, sedangkan para penunggunya menangis, dan sebagian dari mereka berjalan di belakang para dokter.
Sementara ibu itu tetap berada di atas kursinya dan di depan mushafnya, tidak berpaling kepada orang yang berteriak dan tidak berdiri menghampiri dokter serta tidak berbicara dengan seorang pun.
Saya merasa bahwa ia adalah gunung, setelah berada selama enam bulan di ruang refreshing. Saya berjalan melewati anaknya, saya melihat matanya terpejam, tidak berbicara dan tidak bergerak, dadanya terbuka.
Kami mengira bahwa ini merupakan akhir kehidupannya, sedangkan sang ibu tetap dalam keadaannya, membaca Al-Qur’an. Seorang penyabar yang tidak mengeluh dan tidak mengaduh.
Demi Allah, ia tidak mengajak saya bicara dengan sepatah katapun dan tidak pula bertanya kepada saya tentang kondisi anaknya. Ia hanya berbicara setelah saya mulai mengajaknya bicara tentang anaknya tersebut.
Adapun usia suaminya sudah lebih dari empat puluh tahun. Terkadang suaminya menemui saya di dekat anaknya, ketika ia menoleh kepada saya untuk bertanya, istrinya menarik tangannya dan menenangkannya serta mengangkat spiritnya dan mengingatkannya bahwa sang Penyembuh adalah Allah.
Setelah berlalu dua bulan, keadaan anak tersebut sudah membaik, lalu kami memindahkannya ke ruangan khusus anak-anak di rumah sakit, kondisinya sudah mengalami banyak kemajuan.
Keluarganya pun mulai membiasakan kepadanya berbagai jenis terapi dan pelatihan. Setelah itu, anak tersebut pulang ke rumahnya dengan berjalan kaki, ia melihat dan berbicara seakan-akan ia tidak pernah tertimpa sesuatu sebelumnya.
Maaf, kisah menakjubkan ini belum selesai, karena satu setengah tahun kemudian, ketika berada di ruang kerja saya, tiba-tiba suami wanita itu masuk menemui saya, sedangkan di belakangnya istrinya menyusulnya sambil menggendong bayi kecil yang sehat.
Ternyata si anak kecil itu sedang diperiksakan secara rutin di RS tersebut, mereka datang kepada saya untuk menyampaikan salam.
Saya bertanya kepada si suami, ‘Masya Allah, apakah bayi kecil ini adalah anak yang keenam atau ketujuh di dalam keluarga Anda?’ Ia menjawab, ‘Ini yang kedua, dan anak pertama kami adalah anak yang Anda obati setahun yang lalu. Ia merupakan anak pertama kami yang lahir setelah tujuh belas tahun kami menikah dan sembuh dari kemandulan.’
Saya menundukkan kepala, dan langsung teringat dengan gambaran ibunya ketika sedang menunggui anaknya. Saya tidak mendengar suara yang keluar darinya dan tidak melihat tanda kegelisahan pada dirinya.
Saya mengucap di dalam hati, ‘Subhanallah.’ Setelah tujuh belas tahun bersabar dan mencoba berbagai terapi kemandulan, lalu diberi rezeki dengan seorang anak laki-laki yang dilihatnya mati berkali-kali di hadapannya.
Akan tetapi, wanita tersebut hanya berpegang teguh pada kalimat ‘Laailaaha illallaah’ dan keyakinan bahwa Allah adalah Dzat Penyembuh dan Pemberi kesehatan. Subhanallah! Betapa besar tawakkal dan keimanan yang dimiliki wanita itu.”

Kisah di atas, meski bukan kisah para ulama, namun merupakan kisah nyata yang terjadi pada zaman kita.
Dimana posisi kita dibandingkan ibu dalam kisah tersebut?
Ya Allah, berilah kami kemudahan untuk bersabar, tawakkal, dan benar-benar berserah diri kepada-Mu, dalam setiap waktu, setiap keadaan, dan setiap tempat. Amiin.

jatidiri kita yang sebenarnya

Jatidiri Kita yang Sebenarnya

Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan dirinya yang besar dan gagah perkasa.

Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah dan tak berdaya?

Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”

Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara menggelegar hebat.

“Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar? Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil, lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu berbeda, wahai ombak besar?”

Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri”. “Jati diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak mengerti.”

Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”

Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”

Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.

Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos: aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.

Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.

“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa sukses, kita pun bisa sukses!”

a very good story

A very good story....

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri ima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”

Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya! ” Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? … Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.
Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.

Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku.”

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya, kkalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) .

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, ” Ada seorang ppenduduk dusun menunggumu di luar sana !” Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?”
Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? ” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu.”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.” Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20, Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. “Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk
membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.”

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya. “Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya. “Tidak, tidak sakit.. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan…” Ditengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23, Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi. Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. “Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?” Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya.”

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.” Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

semua terjadi karena suatu alasan

Semua Terjadi karena Suatu Alasan

Cerita berikut ini sangat memberi inspirasi bagiku, sengaja aku kutip dari cerita Frank Slazak, seorang guru di Amerika. Cerita ini selalu mengingatkanku bahwa apapun yang aku alami, itu semua kehendak Allah. Baik atau buruk, asal kita bisa menerima dengan ikhlas, pasti semuanya demi kebaikan kita.

Semua dimulai dari impianku. Aku ingin menjadi astronot. Aku ingin terbang ke luar angkasa. Tetapi aku tidak memiliki sesuatu yang tepat. Aku tidak memiliki gelar. Dan aku bukan seorang pilot. Namun, sesuatu pun terjadilah.

Gedung Putih mengumumkan mencari warga biasa untuk ikut dalam penerbangan 51-L pesawat ulang-alik Challanger. Dan warga itu adalah seorang guru. Aku warga biasa, dan aku seorang guru. Hari itu juga aku mengirimkan surat lamaran ke Washington . Setiap hari aku berlari ke kotak pos. Akhirnya datanglah amplop resmi berlogo NASA. Doaku terkabulkan. Aku lolos penyisihan pertama. Ini benar-benar terjadi padaku.

Selama beberapa minggu berikutnya, perwujudan impianku semakin dekat saat NASA mengadakan test fisik dan mental. Begitu test selesai, aku menunggu dan berdoa lagi. Aku tahu aku semakin dekat pada impianku. Beberapa waktu kemudian, aku menerima panggilan untuk mengikuti program latihan astronot khusus di Kennedy Space Center .

Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara. Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini ?. Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah. Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku.
Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan?. Kenapa bukan aku?. Bagian diriku yang mana yang kurang?. Mengapa aku diperlakukan kejam?. Aku berpaling pada ayahku. Katanya,”Semua terjadi karena suatu alasan.”

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger. Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali. Tuhan, aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu. Kenapa bukan aku…?

Tujuh puluh tiga detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua penumpang. Aku teringat kata-kata ayahku,”Semua terjadi karena suatu alasan.”

Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku seorang pemenang. Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Tuhan mengabulkan doa kita dengan 3 cara :

1. Apabila Tuhan mengatakan YA Maka kita akan mendapatkan apa yang kita minta
2. Apabila Tuhan mengatakan TIDAK Maka kita akan mendapatkan yang lebih baik
3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU Maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendak NYA

1000 burung kertas

1000 burung kertas

Let the story begin ...

Sewaktu boy dan girl baru pacaran, boy melipat 1000 burung kertas
buat girl, menggantungkannya di dlm kamar girl. Boy mengatakan,
1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.

Waktu itu, girl dan boy setiap detik selalu merasakan betapa
indahnya cinta mereka b'dua....

Tetapi pada suatu saat, girl mulai menjauhi boy. Girl memutuskan
untuk menikah dan pergi ke Perancis, ke Paris tempat yang dia
impikan di dalam mimpinya berkali2 itu!!

Sewaktu girl mau mutusin boy, girl bilang sama boy, kita harus
melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa..... Menikah
bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya!! Aku harus bisa
memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh
aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah
menikah...!!

Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras, dia pernah
menjual koran, menjadi karyawan sementara, bisnis kecil, setiap
pekerjaan dia kerjakan dengan sangat baik dan tekun.

Sudah lewat beberapa tahun...
Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya , akhirnya dia mempunyai
sebuah perusahaan. Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada
Girl, dia masih tidak dapat melupakannya.

Pada suatu hari, waktu itu hujan, Boy dari mobilnya melihat sepasang
orang tua berjalan sangat pelan di depan. Dia mengenali mereka, mereka
adalah orang tua Girl..

Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil
pribadi, tetapi juga mempunyai Vila dan perusahaan sendiri, ingin
mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang
adalah seorang Bos. Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil
mengikuti sepasang orang tua tsb.

Hujan terus turun, tanpa henti, biarpun kedua org tua itu memakai
payung, tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.

Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Boy tercegang oleh apa yang ada
di depan matanya, itu adalah tempat pemakaman. Dia melihat di atas
papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.

Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang
dibuatkan Boy, dalam hujan burung2 kertas itu terlihat begitu hidup.

Org tua Girl memberitahu Boy, Girl tidak pergi ke paris, Girl
terserang kanker, Girl pergi ke surga. Girl ingin Boy menjadi orang,
mempunyai keluarga yang harmonis, maka dengan terpaksa berbuat
demikian terhadap Boy dulu. Girl bilang dia sangat mengerti Boy, dia
percaya kalau Boy pasti akan berhasil.

Girl mengatakan, kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya
dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi.

Boy langsung berlutut, berlutut di depan makam Girl, menangis dengan
begitu sedihnya. Hujan pada hari Ching Ming itu terasa tidak akan
berhenti, membasahi sekujur tubuh Boy.

Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos, mengingat
semua itu, hatinya mulai meneteskan darah...

Sewaktu Orang tua ini keluar dari pemakaman, mereka melihat kalau Boy
sudah membukakan pintu mobil untuk mereka. Lagu sedih terdengar dari
dalam mobil tersebut.

"Hatiku tidak pernah menyesal, semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,
1000 ketulusan hatiku, beterbangan di dalam angin menginginkan
bintang yang lebat besebaran di langit, melewati sungai perak, apakah
aku bisa bertemu denganmu? Tidak takut berapapun jauhnya, hanya
ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu. Masa lalu seperti
asap, hilang dan tak kan kembali, menambah kerinduan di hatiku.
Bagaimanapun dicari, jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.."
(lirik langsung ditranslate dari bahasa Mandarin)

Pesan :
Kalau kamu menginginkan semua orang di dunia ini menemukan jodohnya,
maka kirimkanlah artikel ini kepada semua orang. Sekarang
berusahalah........ mengirimkan ini ke 20 orang atau lebih, maka
org2 di dunia ini akan menemukan pasangan hidupnya. Termasuk teman2
kamu...kirimkan kepada mereka, mereka seperti barang berharga yang
tidak mudah ditemukan. Mereka memberikan kita kebahagiaan, mndorong
kita untuk berhasil, mereka mendengarkan curhat kita dan share
pujian2 mereka. Terus kirimkan kepada teman2 kamu dan semua
orang yang kamu kenal.

memeri musuh secercah harapan

Memberi Musuh Secercah Harapan

Banyak sekali kisah-kisah perang di cina yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan bisnis yang kita jalankan sehari-hari. Dari buku tutur bijak negeri Cina yang saya lagi baca ini, ada sebuah strategi bagus ketika menghadapi musuh, tinggal sesuaikan strategi ini untuk keadaan-keadaan tertentu dan orang-orang “tertentu”. Pada 206 SM (15-220), ada seorang ahli negara yang hebat, seniman perang sekaligus sastrawan. Ia memimpin pasukannya untuk menyerang kota Huguan. Kota tersebut letaknya strategis dan sangat sulit diaksses. itulah alasan mengapa pasukan Cao berusaha keras untuk mencapainya. Karena sudah tidak sabar, Kao menjadi sangat marah dan berkata,”Ketika aku tiba di kota itu, aku akan segera membakar semuanya hidup-hidup.”

Perkataannya itu tersebar dengan cepat di seluruh kota. Para pembela kota tersebut merasa ketakutan jika hal itu benar-benar terjadi.Mereka pun berperang dengan mati-matian. Hasilnya, pasukan Cao mengalami kesulitan untuk memenangkan peperangan. Mereka berusaha memenangkan perang tersebut selama berbulan-bulan,tapi semuanya sia-sia. Cao menjadi semakin gelisah dan akhirnya ia berkonsultasi dengan jenderalnya untuk membuat sebuah rencana.

Pada rapat tersebut, Jenderal Cao Ren mengangkat kursinya dan berkata,”Seni perang mengatakan supaya kita tidak mengikat musuh kita terlalu kencang. Supaya musuh bisa pergi untuk bertahan hidup. Akan tetapi, sekarang kita telah memojokkan mereka. Dan raja telah menyatakan akan membakar mereka hidup-hidup. Hal ini hanya akan membuat mereka mati-matian melawan kita. Mereka lebih baik mati dalam perang daripada dibakar hidup-hidup. Aku perkirakan, musuh kita sudah hampir kehabisan persediaan makanan. Jika kita memberikan mereka sebuah harapan dengan membuka jalan untuk mereka keluar, kemungkinan besar mereka akan menyerah. Mereka lebih baik hidup daripada berperang hingga mati tanpa memperoleh apa-apa.

Cao menganggap ide tersebut masuk akan dan ia melakukannya seperti yang Jenderal katakan. Seperti yang telah diharapkan, pasukan pembela kota akhirnya menyerahkan diri kepada Cao. Kota akhirnya dikalahkan tanpa perlawanan yang sengit.

Dari cerita di atas, mengandung hikmah : ada kalanya untuk memenangkan suatu perkara tidak harus menggunakan cara yang keras, tapi bisa menggunakan cara yang damai, supaya tidak mengalami kerugian yang terlalu besar.

Janganlah selalu melawan yang keras dengan yang keras, ada kalanya bisa dengan kelembutan. Batu yang keras bisa dihancurkan oleh tetesan air yang terus menerus. keteguhan hati seseorang bisa dikalahkan dengan ketekunan yang terus menerus. Buat anda yang berprofesi sebagai marketing, ketekunan disertai proses belajar bisa menjadikan anda orang yang sukses.

unggu slama 10 tahun

Menunggu Mukjizat Selama 10 Tahun

Wednesday, 29 June 2011, 2:50 | Category : Kategori Bebas
Tags : , , , ,
Mereka yang memasuki pernikahan dan hidup berumah tangga, cepat atau lambat pasti mendambakan buah hati. Hal yang sama juga dirasakan oleh Ellen dan Jantje yang melangsungkan pernikahan di tahun 1989. Namun setelah menjalani pernikahan selama tiga tahun, mereka tidak juga mendapatkan momongan.
“Kami inginnya ada seorang anak di rumah,” demikian ungkap Ellen, “tapi kok sampai saat ini belum punya.”
Mereka tidak hanya menunggu tanpa kepastian, Ellen dan Jantje mengunjungi dokter.
“Kami masing-masing periksa, dokter yang bagian laki-laki mengatakan bahwa saya tidak memiliki masalah. Saya bilang : wah, kalau begitu saya dalam posisi aman,” tutur Jantje.
Namun bagaimana dengan kondisi istrinya, Ellen?
“Waktu dokter itu melihat istri saya, dia menatap istri saya dan berkata kalau istri saya bermasalah.”
Ellen ternyata memiliki masalah pada indung telur bagian kirinya. Saat vonis dokter itu dinyatakan, hal ini menjadi pukulan yang berat bagi Ellen. Sebagai wanita, ia merasa tidak berharga.
“Rasanya saya tidak ada artinya bagi dia. Dia selalu menguatkan saya, dia bilang: udah, ngga papa kok,” ungkap Ellen.
Jantje sangat mengerti perasaan istrinya saat itu, ia terus menghibur dan menguatkan iman istrinya. Ia pun tidak menyerah, berbagai upaya medis mereka lalukan bersama namun tetap tidak membuahkan hasil.
“Mungkin sebagai laki-laki saya bisa tahan, tapi istri saya lebih banyak nangisnya kalau teman-teman lain sering becanda.”
Terluka, sedih dan merasa rendah diri, itulah yang dirasakan oleh Ellen. Tidak jarang ia juga berbohong dan berpura-pura sedang hamil untuk menepis cibiran dari teman dan saudara. Jantje terbukti lebih kuat dari Ellen, sambil berseloroh: “Kalau Tuhan beri anak, puji Tuhan. Tapi kalau sampai kami kakek nenek Tuhan tidak beri, kan masih ada panti jompo.”
Lelah berharap kepada dokter, Jantje dan Ellen memutuskan sebuah ide gila.
“Tiap kali kami pulang malam, saya lihat anak-anak dipinggir jalan, saya sering tawarkan : Mau jadi anak om ngga? Kalau kamu ikut sama om, om akan pelihara kamu.”
Tidak hanya itu, kadang mereka pulang malam dan mengikuti ibu-ibu yang terlihat berjalan sendirian sambil menggendong bayi.
“Kalau pulang malam, kalau ada ibu yang sedang menggendong seorang bayi sering saya bilang begini: Saya mau coba berhenti dulu, jangan-jangan dia buang. Karena saya sering baca koran,  ada orangtua yang membuang anaknya. Jadi kami putar mobil, ternyata tidak ada,” tutur Ellen sambil menahan air matanya.
Hingga suatu hari, Ellen dan Yantje didatangi seorang kerabat yang ingin memberikan anaknya pada mereka.
“Kerabat kami bawa anak yang maaf kata kepalanya penuh luka. Kami sudah ngurusin dia,” ungkap Ellen.
Jantje pun sangat bahagia dengan kehadiran anak itu, ia mencintai anak tersebut seperti darah dagingnya sendiri. Sayangnya,  kebahagiaannya tidak berlangsung lama. Setelah anak itu sehat dan sembuh dari sakitnya, mereka mengambilnya lagi. Jantje dan Ellen kembali terpukul karena mereka sangat mencintai anak itu.
“Waktu saya pulang, saya lihat anak itu tidak ada lagi di kamar. Keluarga takut karena mereka tahu kalau saya tahu pasti ngamuk.”
Begitu terpukulnya Jantje, emosinya tidak terkendali. Ia memutuskan menyendiri dalam kesedihannya.
“Saya keluar dari rumah dan marah-marah sepanjang jalan. Saya ingin duduk sendiri dan langsung menghadapkan wajah ke langit. Saya bilang: Tuhan! Engkau kan mengerti, saya kan rindu punya anak meskipun lewat apapun juga. Masakan Engkau setega itu,” tutur Jantje.
Sekalipun bertahun-tahun mereka lalui tanpa ada secercah harapan, Ellen dan Jantje tidak pernah melepaskan kepercayaan mereka kepada Tuhan. Janji Tuhan itulah yang mereka pegang dalam menantikan buah hati mereka.
“Percaya apa yang kami minta, Tuhan sudah jawab, itulah yang membuat saya kuat. Karena saya sudah meminta, istri saya sudah meminta, saya percaya  Allah akan buat yang terbaik.”
Tuhan akhirnya membuktikan bahwa Dia tidak pernah mengecewakan orang-orang yang berharap pada-Nya. Mukjizat terjadi, Ellen akhirnya hamil. Ketika melihat hasil test kehamilan, Jantje melompat-lompat kegirangan karena akhirnya harapannya terwujud.
Tetapi cobaan kembali menghampiri kehidupan Ellen dan Jantje. Saat usia kehamilan Ellen mencapai enam bulan, Ellen mengalami pendarahan. Dokter memberikan dua pilihan, pilih menyelamatkan sang jabang bayi atau ibunya. Diperhadapkan sebuah pilihan yang sulit, Jantje memilih sebuah alternatif lain, yaitu berdoa. Ia berseru kepada Tuhan memohon agar diselamatkan baik ibu maupun bayinya.
“Akhirnya suster datang dan berkata: Ibunya selamat, anaknya pun juga selamat,” ungkap Jantje bahagia.
Saat usia kandungan Ellen menginjak delapan bulan, ia harus menjalani operasi Caesar.
“Pada saat melahirkan, ari-arinya itu sudah hancur, memang sudah biru. Anak saya lahir itu mukjizat, karena secara manusia, dokter bilang ini anak makan pakai apa. Puji Tuhan, dia keluar beratnya bisa sampai 3,2 kg.”
Sepuluh tahun, Ellen dan Jantje melalui berbagai pergumulan dan penantian hingga akhirnya lahir buah hati mereka yang mereka beri nama Johanes Clever Buss.
“Tuhan itu luar biasa bagi saya. Tanpa kita sadari, pada saat kita mengalami masalah, Tuhan itu ada. Kalau kita mau bersabar, kita percaya, kita berdoa, pasti Tuhan akan berikan yang terbaik bagi kita,” demikian ungkap Ellen.
“Apapun yang kita alami dalam hidup kita, mungkin saat kita menanti jawaban doa, setahun, lima tahun ataukah sepuluh tahun, atau bahkan lebih, kita harus percaya bahwa janji dan rencana Tuhan itu tidak pernah gagal,” tutur Jantje penuh sukacita. (Kisah ini ditayangkan 21 Juni 2011 dalam acara Solusi di O’Channel).

kisah cinta sepasang kadal

Kisah Cinta Sepasang Kadal
Oleh: Tidak Diketahui

Ini sebuah kisah nyata yang terjadi di Jepang.
Ketika sedang merenovasi sebuah rumah, seseorang mencoba merontokan tembok.
Rumah di Jepang biasanya memiliki ruang kosong diantara tembok yang terbuat dari kayu.
Ketika tembok mulai rontok, dia menemukan seekor kadal terperangkap diantara ruang kosong itu karena kakinya melekat pada sebuah paku.
Dia merasa kasihan sekaligus penasaran. Lalu ketika dia mengecek paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibangun.
Apa yang terjadi? Bagaimana kadal itu dapat bertahan dengan kondisi terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikitpun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.
Orang itu lalu berpikir, bagaimana kadal itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!
Orang itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan kadal itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu darimana datangnya, seekor kadal lain muncul dengan makanan di mulutnya....AHHHH!
Orang itu merasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor kadal lain yang selalu memperhatikan kadal yang terperangkap itu selama 10 tahun.
Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada hewan yang kecil seperti dua ekor kadal itu. apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.
Bayangkan, kadal itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. bayangkan bagaimana hewan yang kecil itu dapat memiliki karunia yang begitu menganggumkan.
Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berpikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan..... Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang- orang yang kita kasihi. JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!

kisah si penebang pohon

Oleh: hidayahfikri | 14 Agustus 2008

Kisah Si Penebang Pohon

“Kan Shu De Gu Shi” 


Alkisah, seorang pedagang kayu menerima lamaran seorang pekerja untuk menebang pohon di hutannya. Karena gaji yang dijanjikan dan kondisi kerja yang bakal diterima sangat baik, sehingga si calon penebang pohon itu pun bertekad untuk bekerja sebaik mungkin. 

Saat mulai bekerja, si majikan memberikan sebuah kapak dan menunjukkan area kerja yang harus diselesaikan dengan target waktu yang telah ditentukan kepada si penebang pohon. 

Hari pertama bekerja, dia berhasil merobohkan 8 batang pohon. Sore hari, mendengar hasil kerja si penebang, sang majikan terkesan dan memberikan pujian dengan tulus, “Hasil kerjamu sungguh luar biasa! Saya sangat kagum dengan kemampuanmu menebang pohon-pohon itu. Belum pernah ada yang sepertimu sebelum ini. Teruskan bekerja seperti itu.”  

Sangat termotivasi oleh pujian majikannya, keesokan hari si penebang bekerja lebih keras lagi, tetapi dia hanya berhasil merobohkan 7 batang pohon. Hari ketiga, dia bekerja lebih keras lagi, tetapi hasilnya tetap tidak memuaskan bahkan mengecewakan. Semakin bertambahnya hari, semakin sedikit pohon yang berhasil dirobohkan. “Sepertinya aku telah kehilangan kemampuan dan kekuatanku. Bagaimana aku dapat mempertanggungjawabkan hasil kerjaku kepada majikan?” pikir penebang pohon merasa malu dan putus asa. Dengan kepala tertunduk dia menghadap ke sang majikan, meminta maaf atas hasil kerja yang kurang memadai dan mengeluh tidak mengerti apa yang telah terjadi. 

Sang majikan menyimak dan bertanya kepadanya, “Kapan terakhir kamu mengasah kapak?”  

“Mengasah kapak? Saya tidak punya waktu untuk itu. Saya sangat sibuk setiap hari menebang pohon dari pagi hingga sore dengan sekuat tenaga,” kata si penebang.


“Nah, di sinilah masalahnya. Ingat, hari pertama kamu kerja? Dengan kapak baru dan terasah, maka kamu bisa menebang pohon dengan hasil luar biasa. Hari-hari berikutnya, dengan tenaga yang sama, menggunakan kapak yang sama tetapi tidak diasah, kamu tahu sendiri, hasilnya semakin menurun. Maka, sesibuk apa pun, kamu harus meluangkan waktu untuk mengasah kapakmu, agar setiap hari bekerja dengan tenaga yang sama dan hasil yang maksimal. Sekarang mulailah mengasah kapakmu dan segera kembali bekerja!” perintah sang majikan. 

Sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengucap terimakasih, si penebang berlalu dari hadapan majikannya untuk mulai mengasah kapak. 

“Xiu Xi Bu Shi Zou Deng Yu Chang De Lu” 


Istirahat bukan berarti berhenti.


”Er Shi Yao Zou Geng Chang De Lu” 


Tetapi untuk menempuh perjalanan yang lebih jauh lagi.


Sama seperti si penebang pohon, kita pun setiap hari, dari pagi hingga malam hari, seolah terjebak dalam rutinitas terpola. Sibuk, sibuk dan sibuk, sehingga seringkali melupakan sisi lain yang sama pentingnya, yaitu istirahat sejenak mengasah dan mengisi hal-hal baru untuk menambah pengetahuan, wawasan dan spiritual. Jika kita mampu mengatur ritme kegiatan seperti ini, pasti kehidupan kita akan menjadi dinamis, berwawasan dan selalu baru!

keajaiban seorang gadis buta

Keajaiban Cinta Seorang Gadis Buta

Thursday, 30 April 2009, 1:25 | Category : Kategori Bebas
Tags : , , , , ,
Sumber Kesaksian: Priskilla Yulli (Jawaban.com)
Terlahir sebagai anak yang buta, Priskilla kecil dapat merasakan kurangnya kasih sayang dan penolakan dari kedua orang tuanya.
Sejak dalam kandungan, kehadiran Priskilla telah ditolak oleh orang tuanya. Sehingga ketika ia lahir ke dunia sampai remaja, ia tumbuh dalam kekecewaan. Setiap kali kakak dan adiknya bertengkar, Priskilla selalu menjadi sasaran kemarahan orang tuanya. Dipukul, ditampar, dipukul pakai ikat pinggang dan juga rotan. Belum lagi kalau berfoto keluarga Priskilla seringkali tidak diajak. Kalaupun diajak itu karena Priskilla memaksa keluarganya untuk ikut difoto. Bagi Priskilla, kebutaannya hanya menambah penderitaannya.
“Setiap kali saya mendengar orang bercerita tentang kasih, hati saya itu pedih sekali. Kasih itu bukan milik saya. Kalaupun ada, kasih itu bukan milik saya.”
Penolakan dan siksaan dari orang tuanya membuat Priskilla berniat untuk bunuh diri di usia 3 tahun. Priskilla berusaha untuk meloncat dari tingkat 2 rumahnya tapi digagalkan oleh pembantu. Menginjak remaja teman-temannya membawa Priskilla kepada pergaulan yang salah. Diam-diam mencoba merokok sampai ganja-pun pernah dijalaninya. Kematian temannya meninggal akibat OD (over dosis) menghentikan kebiasaan buruknya itu. Kepahitan dan kemarahan terpendam yang disimpan Priskilla selama ini membuatnya tumbuh menjadi anak yang berkepribadian kasar. Priskilla menjadi suka bertengkar dan memukul teman-temannya. Apalagi kalau melihat anak yang lebih kecil. Priskilla sering kali memukul, menjambak, bahkan sampai menginjak perut mereka. Sebagaimana perlakuan yang diterimanya dari orang tuanya sewaktu Priskilla kecil, demikian juga perlakuan Priskilla kepada anak-anak kecil itu.
Perubahan terjadi dalam diri Priskilla.
“Setelah saya mengalami banyak hal itu, pada suatu hari saya diajak pada suatu acara KKR. Tidak tahu mengapa, saya merasa aneh. Saya merasa menjadi orang yang berdosa sekali. Ketika saya ingin beranjak pergi, saya dengar suara yang jelas sekali berkata kepada saya ‘Aku mengasihimu, Aku mengasihimu’. Dan saya cuma bilang, Yesus, siapakah Engkau, mengapa Engkau mau mengasihi saya sedangkan orang-orang yang saya harapkan mengasihi saya, mereka tidak mengasihi saya. Tanpa menyebutkan alasan, saya cuma merasakan Dia merangkul saya dan untuk pertama kalinya saya merasakan jamahan tangan Tuhan yang luar biasa.”
Kasih Yesus memenuhi hati Priskilla. Iapun memutuskan untuk mengasihi keluarganya. Sejak hari itu priskilla tak pernah putus-putusnya berdoa untuk orang tuanya. Sampai suatu saat pemulihan dalam keluarganya itupun terjadi.
Tahun 2005 setelah Priskilla menyelesaikan pendidikannya di Semarang, ia mulai bekerja di sebuah stasiun radio sebagai seorang penyiar. Di tempat ini, babak baru dalam hidupnya dimulai. Priskilla berkenalan dengan Fandy Prasetya.
“Waktu itu sih saya biasa aja. Buat saya, dia itu juga ga terlalu istimewa, biasa saja.”
Fandy merasakan tumbuhnya cinta.
“Saya juga biasa saja. Cuma ada kesan yang muncul di hati bahwa dia ini bukan orang yang biasa. Ada suatu…kalau orang sekuler bilang itu aura yang memancar dari dalam dirinya.” Karena seringnya bertemu, perlahan-lahan suatu pertanyaan mulai mengusik hati Fandi. “Kalau saya menjadi suaminya, apa yang akan terjadi. Cuma, semakin saya tidak mau, semakin keras suara itu.”
Bukan hanya Fandy, Priskillapun mulai merasakan sesuatu yang berbeda diantara mereka.
Namun di bulan September 2005, sesuatu yang tidak pernah Priskilla bayangkan terjadi. Fandy mengungkapkan isi hatinya. Fandy sadar meskipun Priskilla akhirnya menerimanya, namun itu bukanlah hal yang mudah baginya.
Sejak awal Priskilla menyadari tantangan dalam hubungan mereka.
“Saya sengaja minta diberikan permintaan yang tidak mungkin karena saya tahu kalau itu tidak mungkin…Orang tua saya dan orang tua dia sangat keberatan dengan hubungan kami.”
Ibu Priskilla punya keberatan untuk hubungan itu.
“Alasannya yang pertama jauh, yang kedua bangsanya tidak sesuai. Tidak sama-sama orang Tionghoa.”
Setiap penolakan yang terus datang dari keluarga tidaklah menggoyahkan keteguhan cinta Priskilla dan Fandy. Bahkan sebaliknya, hal itu membuat mereka semakin kuat. Hanya satu harapan mereka, campur tangan Tuhan.
Hingga pada suatu hari Tuhan menjawab doa Priskilla dan Fandy. Akhirnya hubungan mereka direstui oleh orang tua mereka. Fandy-pun melamar Priskilla.
Kasih Yesuslah yang memulai segalanya. Sehingga tanggal 16 Desember 2005 Priskilla dan Fandy dipersatukan dalam ikatan pernikahan kudus. Ketulusan cinta mereka membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil dalam cinta. Bagi mereka tak ada yang lebih indah ketika mereka bisa saling menyayangi dan saling melengkapi dengan kasih yang tulus.
II Korintus 5:16-17 Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang juga pun menurut ukuran manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang kami tidak lagi menilai-Nya demikian. Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.